RSS

Praktek Prostitusi Pelajar

 

Menguak Praktek Prostitusi Terselubung Oknum Pelajar Kota Jambi

Tarif Rp 300 Sampai 600 Ribu

Praktek prostitusi sudah merambah ke kalangan pelajar. Pelakunya tidak sedikit. Oknum pelajar yang nekat itu malah sudah ada yang punya jaringan “pemasaran” sendiri. Untuk mengetahui lebih dekat, Jambi Independent berusaha menelusuri praktek prostitusi terselubung di kalangan oknum pelajar. Berikut laporannya?

—————-

Selama beberapa hari di minggu lalu, Jambi Independent mencari info tentang maraknya praktek prostitusi di kalangan pelajar Kota Jambi. Perburuan pelaku dilakukan. Tapi ternyata, untuk menemukan seorang pelaku saja sulitnya bukan main. Mereka bertindak secara tertutup. Jaringannya pun tidak sembarangan. Jadi wajar kalau susah ditemukan.

Beberapa nomor ponsel oknum pelajar yang diduga menjajakan diri diperoleh. Tapi tak satupun dari mereka yang merespon ajakan koran ini untuk bertemu atau bertransaksi seks. Mereka cenderung mengulur-ngulur waktu, menutup diri dan mengajak untuk bertemu di tempat-tempat keramaian semacam bioskop, tempat tongkrongan atau tempat karaoke. Jambi Independent mencari jalan lain.

Salah satu hotel di kawasan Pasar Jambi dipilih sebagai tempat mencari para PSK bawah umur itu. Alhasil, dua pelaku ditemukan. Beruntung pula, keduanya mau bercerita tentang pengalaman hidup mereka selama terjun ke dunia kelam itu.

Sekitar pukul 20.45 satu hari di minggu lalu dalam kamar salah satu hotel, seorang gadis remaja yang cantik mengenakan kaos putih ketat celana jeans berjalan masuk. Rambut hitam yang panjang tergerai di bahunya. Tubuhnya ramping. Senyumnya ramah dan benar-benar santai ketika beradu tatap dengan Jambi Independent. Tak terbersit perasaan cemas bertemu orang asing di mata gadis berusia 17 tahun itu.

“Tadi minta izin dengan bibi, alasan mau beli buku. Soalnya kalau malam keluarnya cuma bisa sampai jam 10, lewat itu harus pulang dan ada di rumah,” sapa gadis berambut lurus itu dengan santai dan berkesan manja.

Malam itu dia mengaku datang ke hotel dengan diantar ojek langganan. Selanjutnya pembicaraan mengalir dari bibir ranum gadis itu. Lagi-lagi tak ada kesan keraguan dari nada suaranya, seolah-olah seorang PSK pro yang sudah biasa melayani tamunya.

Malah pada menit berikut, si gadis kelas II sekolah menengah kejuruan itu langsung menawarkan layanannya. “Biasanya yang manggil langsung minta “itu”, trus selesai,” tuturnya, lagi-lagi dengan nada santai dan merayu. Jambi Independent menolak dengan alasan tidak mood dan hanya ingin bercakap-cakap saja.

Mendengar itu dia langsung rileks. Lalu menceritakan kenapa dia sampai terjun ke dunia esek-esek dengan lugunya. Ceritanya, saat kelas 1 SMK keperawanannya direnggut sang pacar. Selain itu, ekonomi keluarganya diakui kurang beruntung. Sehingga untuk menutupi kehidupan sehari-harinya saja kurang, apalagi untuk mencukupi kebutuhan lain.

Beranjak dari alasan itu, dia mulai nekat menjajakan tubuh. Mula-mula dengan orang terpercaya, lama-lama ke hotel-hotel. Kini dia punya tiga pelanggan tetap yang dipercaya sekaligus makelar antara dirinya dan pelanggan lain.

Profesi ini sudah digelutinya selama dua tahun. Baik keluarga, kawan-kawan maupun pacar, tidak ada yang tahu tentang profesi sampingannya ini. Tarifnya Rp 300 ribu sampai Rp 600 ribu, tergantung pelanggan dan tempat hotel bertransaksi.

Lalu bagaimana cara menutupi agar tidak ketahuan? Menurutnya, supaya tetap tertutup, dia menolak calon pelanggan yang ingin mengajak jalan-jalan, nonton atau keluar ke tempat umum. Termasuk, menolak ketika pelanggan meminta kencan semalam suntuk. Cukup kencan singkat, maka semua diakuinya akan aman.

“Bisanya kalau mau ya pagi sampai jam 10 malam saja. Kalau pagi menyesuaikan jam sekolah. Kalau jam 10 malam itu batasnya saya boleh keluar malam. Kalau pacar mudah saja, bilang lagi nonton di rumah. Karena itu cuma bisa short time (waktu singkat, red) saja,” akunya ringan sambil memperlihatkan foto sang pacar pada layar android Hp Samsung terbaru miliknya. Bila tawaran kencan pada jam sekolah, ia mengganti pakaian terlebih dahulu karena pihak hotel melarang tamu anak-anak berpakaian sekolah.

Dia mengaku hasil dari profesinya itu ia tabung untuk perluan pribadi, sekolah dan kuliah nanti. Bahkan sebagian uang sekolah ia bayar dari hasil itu. Biaya sekolah persemeter Rp 900 ribu ditambah uang SPP perbulan diakuinya bisa ditutupi dengan profesinya. Gadis ini dengan lancar bercerita sudah berencana akan masuk kuliah di beberapa perguruan tinggi di Jambi lengkap anggaran dana yang bakal ia keluarkan.

Hampir satu jam bercerita, gadis itu mohon diri untuk pulang. Esok siangnya, seorang gadis yang lain juga berusia 17 tahun berhasil didatangkan ke kamar hotel yang sama.

Lain yang kemarin, lain pula hari itu. Pelajar kelas 3 di salah satu SMK swasta Kota Jambi itu mengaku terjun ke dunia prostitusi karena sudah terlanjur “rusak” oleh pacarnya. “Kalau dulu kan melakukannya dengan pacar karena cinta, Bang. Karena sudah rusak ya sekalian rusak lah,” kata gadis berkulit putih dan cantik itu ringan ketika ditemui sekitar pukul 10.00.

Dia juga sudah terlihat biasa menemui tamu lelaki. Gadis berambut lurus itu mengenakan celana jins selutut, tank top dan jaket santai. Kulitnya putih. Dan dia mengaku bolos dari sekolah, mengganti pakaian dan ngacir menggunakan sepada motor untuk menemui pelanggan di hotel.

Sama dengan yang lalu, dia mengaku melakukan hubungan suami istri bersama pacar sejak kelas 1 SMA. Ia ditinggal sang pacar sejak lama dan menjalani profesi itu diam-diam tanpa diketahui keluarga. Walaupun secara kebutuhan ia mengaku sudah cukup karena sang ayah pegawai negeri, siswi ini mengaku sudah biasa melayani tamu di berbagai hotel untuk keperluan pribadi dan senang-senang.

Cara untuk menghindari diketahui ketiga kakaknya, putri bungsu ini menolak kencan dalam waktu lama dan diajak jalan-jalan hingga nonton. Ia mengaku hanya bisa melayani tamu dari pagi hingga sore saja. “Kalau malam-malam payah, Bang, mati kalau ketahuan. Sama dengan nonton atau jalan-jalan,” katanya sambil menunjukan SMS yang menawarkan kencan namun pada malam hari yang masuk ke Black Berry-nya.

Selebihnya, cerita kedua oknum pelajar yang terlibat dunia prostitusi itu hampir sama. Modusnya sama, tarifnya relatif sama, waktunya dan cara mengadakan kontak dengan mereka juga sama.

Penelusuran Jambi Independent berikut, diketahui bahwa untuk menemukan jasa para pramunikmat remaja dan masih di bawah umur itu bisa melalui teman dekat hingga cara lain. Tercatat ada beberapa oknum siswa SMA negeri favorit dan swasta di Kota Jambi yang menjalani profesi seperti itu. Bila sebagian remaja ini terbatas waktu untuk kencan, berbeda dengan siswa yang tinggal kost atau jauh dari orang tua.

Seorang siswi SMA favorit jurusan IPS di Kota Jambi yang berhasil ditemui, mengaku sudah “rusak” oleh sang pacar. Ia biasa duduk-duduk hingga tengah malam di bandrek kawasan Telanaipura, dan biasa mendapat tawaran dari teman dekat yang sudah ia kenal baik. Tarif biasa Rp 600 ribu short time.

“Dugem juga mau, sama-sama kakak kost,” kata gadis manis bertubuh mungil itu sambil memainkan Black Berry-nya. Dia mengaku kost bersama mahasiswi yang juga berprofesi demikian. Uang itu ia gunakan untuk kebutuhan lain selain kiriman orang tua. Karena anak kost, dia bahkan bisa diajak kencan kapan saja.

Para wanita muda dibawah umur ini mengaku ada perasaan menyesal. Namun mereka menyatakan sudah terlanjur dan menjalani apa adanya. Dari sekian banyak lelaki yang pernah menidurinya, sebagian memang lelaki hidung belang yang berumur. Sebagian lagi anak muda. Gadis-gadis ini terlihat santai dan biasa bercerita tentang keadaan sekolah masing-masing dan rencana masa depannya. Seolah-olah, apa yang mereka lakukan sudah benar. Ini ironis, dan tragis bagi generasi muda penerus bangsa.(pia)

 

Psikolog: Orang

tua Harus Peka

 

JAMBI- Maraknya prostitusi di kalangan pelajar ternyata bukan hanya cerita sinetron saja. Di Kota Jambi praktek ini sudah terbukti ada. Layanannya cepat dan tanpa basa-basi. Sayangnya orang tua dan lingkungan sekitar tidak peka sehingga perilaku sang anak tak diketahui.

Psikilog Jambi Ridwan SPsi mengatakan, praktek prostitusi di kalangan pelajar membuktikan jika remaja banyak yang bermasalah. Sayangnya orang tua maupun lingkungannya tidak peka sehingga tidak mengetahui kondisi anaknya.

“Jika orang tua peka, pasti mereka bisa mengetahui perubahan pada anaknya,” katanya saat dihubungi melalui telepon selulernya.

Ia mengatakan, gelagat anak sebenarnya bisa diketahui dari gaya hidupnya. Misalnya saja, prestasi belajar, absen anak di sekolah hingga jam pulang anak ke rumah. Termasuk jika ada barang-barang mewah di tangan anak, tapi bukan karena pemberian orang tua.

“Kalau anak jarang di rumah tapi orang tua tidak memberikan tanggapan, berarti orang tuanya yang tidak peka,” ujarnya.

Makanya, kesibukan dan kurangnya komunikasi menyebabkan  orang tua sulit memantau perkembangan anaknya. Padahal, pada kondisi ini anak bisa saja menghadapi masalah dan membutuhkan teman curhat.

Menurutnya, jika sang anak tidak memiliki media untuk menyampaikan masalahnya, maka mereka bisa mencari jalan sendiri. Apalagi di usia anak remaja yang sedang puber. “Masa puber itu di SMP. Ini masa transasi. Pada kondisi ini organ reproduksi mulai berfungsi dan sangat sensitif,” jelasnya.

Karena itu, kebanyakan remaja yang masuk dalam lembah prostitusi ini disebabkan karena pernah melakukan hubungan seks di usia SMP. Jika kemudian ia putus dengan pacarnya, maka ia akan merasa ditinggalkan, sementara “mahkotanya” juga sudah terenggut. “Makanya, menjual diri sebagai pelarian. Untuk balas dendam, jika dia juga bisa melakukannya dengan yang lain,” kata pria ;ulusan Unisba Bandung ini.

Trauma masa lalu umumnya menjadi penyebab remaja kemudian masuk dalam bisnis haram ini. Termasuk jika memang pernah mendapatkan pengalaman seks tak mengenakkan seperti diperkosa atau dipaksa melakukan hubungan seks sebelumnya.

“Malah tak sedikit yang langsung ketagihan. Sehingga tidak sekedar untuk materi, tapi untuk kepuasan pribadi,” ucap pemilik Sekolah Autis Yayasan Bunga Bangsa ini.

Faktor lainnya adalah pengaruh lingkungan. Misalnya diajak teman. Stimuslusnya adalah mendapatkan materi. Dimana, mereka ingin tampil mewah seperti menggunakan gadget mahal, baju yang bermerek, sepatu, aksesoris hingga memenuhi kebutuhan untuk foya-foya dengna teman. “Sementara orang tua hanya bisa memenuhi sebagian kebutuhannya. Sehingga mereka kemudian mencoba memenuhi kebutuhan sendiri,” sebutnya.

Selain itu, menipisnya keimanan juga berpengaruh. Apalagi norma dan etika yang sebelumnya masih dipegang perlahan mulai kabur. Misalnya, orang yang selama ini pernah melanggar norma kesopanan dengan melakukan penyimpangan seks malah tidak mendapatkan sanksi sosial. “Yang ada dielu-elukan. Ini membuat remaja makin gamang,” jelasnya.

Kondisi ini menyebabkan anak remaja kehilangan tauladan. Apalagi dalam pandangan mereka orang yang dianggap tauladan juga melakukan senada.

“Sesuatu yang salah jika sudah dilakukan oleh ornag banyak, akan berubah menjadi hal yang biasa dan dianggap lumrah. Kondisi ini sednag terjadi di zaman kita. Contoh, ketika teman-temannya menganggap tidak masalah berhubungan seks, maka dia akan merasa berarti juga tidak ada maaslah jika ia melakukan hal yang sama,” urainya.

Apalagi yang membedakan masa lalu dengan zaman saat ini adalah akses. Orang makin mudah mengakses untuk mendapatkan kebutuhan seks melalui bisnis prostitusi ini.

Kalau dahulu, orang berduaan sulit untuk mencari tempat yang aman. Nah, sekarang orang dengan mudah melakukan di hotel-hotel tanpa harus takut diketahui banyak orang.

Belum lagi dengan majunya komunikasi saat ini. Hanya dengan menghubungi nomor tertentu, maka seseorang bisa janjian dan langsung transaksi. “Jadi cara-caranya bergeser. Menjadi lebih mudah diakses,” ujarnya.

Untuk itu, selain kepekaan orang tua, peran pemerintah juga tak kalah penting. Seperti dengan memberikan fasilitas penyaluran bakat bagi remaja. Baik melalui program di sekolah maupun kegiatan positif di luar sekolah. “Pemerintah harus menyiapkan program khusus dengan menfasilitasi bakat dari remaja saat ini. Akses harus merata sehingga bisa dinikmati dengan mudah,” sarannya.

Selain itu, pendidikan seks juga harus dimulai di rumah. Anak-anak harus diajarkan untuk mengetahui perubahan fisik saat memasuki usia puber. Termasuk penyebab terjadi kehamilan dan risikonya. “Ini bukan hal yang tabu. Tinggal bagaimana bisa dijelaskan secara baik kepada anak,” pungkasnya. Jadi, intinya, orang tua harus peka terhadap anak-anaknya.(nid)

 

6 responses to “Praktek Prostitusi Pelajar

  1. reno

    Maret 7, 2014 at 6:19 pm

    ya skagi msh hdup tobat lh blm tlat qk,dlm crta plcur ja bsa msuk surga mka taubat lh

     
  2. uya

    Mei 19, 2014 at 1:21 pm

    Mas,saya sangat senang menjadi wartawan,saya sudah beberapa kali mencari pelajar praktek prostitusi,walaupun saya anak sklh,namun saya sangat sulit menemukan pelajar2 tsb,nah saya mau nanya,gimana cara untuk mendapatkan nomer ponsel pelajar2 yg sangat2 tertutup?

     
  3. bibi

    Mei 25, 2014 at 12:48 am

    Tempat hoteel nya dmn tuh?

     
  4. Thiger

    Juli 31, 2014 at 7:11 am

    Alasn ekonomi adlh yg paling utama d’andalkan ,
    pd’hal , hanya mrka sndiri yg mghancurkan msa dpan’nya, dgn pergaulan yg bebas , dan kurang mengontrol diri . .

     
  5. andri

    Agustus 4, 2014 at 5:52 pm

    Buat cw yg hobi nya ponsex dan tante girang yg kurang ke puasan hubungin nmr aq xl 087789163756 di jamin puas, aq tunggu tlpn dari mu

     
  6. verwin jw

    Desember 5, 2016 at 7:53 am

    Lebih baik kerja yang halal, uang itu akan nikmat bila halal,oke,

     

Tinggalkan komentar